1. Sekolah
“Sulit sekali menghadapi kehidupan ini sangat-sangat sulit, tuntutan yang mengharuskan kita selalu tetap belajar, bertahan hidup dan berjuang untuk mendapatkan semua hal yang di idamkan. Saat ini memang uanglah yang menentukan semua nasib seorang manusia. Haruskah kita melakukan hal yang sama dengan seorang yang berkerah putih??? Tikus-tikus putih yang mecemari ibu pertiwi, dengan perut buncinya mereka tertawa lepas tanpa menghiraukan semua semut yang mereka injak haya karna sepotong keju yang mereka lihat. ADIL .. kata itu sudah tidak berguna di massa global seperti ini hanya kekuasaan dan harta yang menggelapkan dunia ini, masihkah ada seorang di atas sana yang tahu akan pendeeritaan seorangn pengayuh becak seperti saya ini???” gerutuk pak Udin di dalam hatinya, di bawah teriknya matahari pak Udin mengerutkan dahinya dan menunduk, kali ini bukan masalah para tikus berkerah putih itu lagi tapi skarang ia sangat merasa bingung karena anak sulungnya Nurul membutuhkan biaya untuk melanjutkan sekolahnya. Pak Udin selalu berusaha keras kalau untuk pendidikan anak-anaknya karena ia tidak ingin suatu hari nanti anaknya akan memiliki nasib yang sama dengan dirinya.
“Sulit sekali menghadapi kehidupan ini sangat-sangat sulit, tuntutan yang mengharuskan kita selalu tetap belajar, bertahan hidup dan berjuang untuk mendapatkan semua hal yang di idamkan. Saat ini memang uanglah yang menentukan semua nasib seorang manusia. Haruskah kita melakukan hal yang sama dengan seorang yang berkerah putih??? Tikus-tikus putih yang mecemari ibu pertiwi, dengan perut buncinya mereka tertawa lepas tanpa menghiraukan semua semut yang mereka injak haya karna sepotong keju yang mereka lihat. ADIL .. kata itu sudah tidak berguna di massa global seperti ini hanya kekuasaan dan harta yang menggelapkan dunia ini, masihkah ada seorang di atas sana yang tahu akan pendeeritaan seorangn pengayuh becak seperti saya ini???” gerutuk pak Udin di dalam hatinya, di bawah teriknya matahari pak Udin mengerutkan dahinya dan menunduk, kali ini bukan masalah para tikus berkerah putih itu lagi tapi skarang ia sangat merasa bingung karena anak sulungnya Nurul membutuhkan biaya untuk melanjutkan sekolahnya. Pak Udin selalu berusaha keras kalau untuk pendidikan anak-anaknya karena ia tidak ingin suatu hari nanti anaknya akan memiliki nasib yang sama dengan dirinya.
Setelah matahari
mulai tergelincir Pak Udin baru mengayuh becaknya untuk pulang menuju gubuk
reot peninggalan orang tuanya. Di sanalah Pak Udin tingal bersama istri dank
empat anaknya yang masing-masing masih duduk di sekolah dasar dan si sulung
Nurul yang hendak melanjutkan sekolahnya ke sekolah menengah atas. Walaupun
setiap harinya Pak Udin tidak membawa penghasilan yang cukup namun sepeser uang
yang hanya dapat di tukar dengan beberapa liter beras saja keluarga pak Udin
sudah mersasa sangat bersyukur.
“Pak, Nurul mau nerusin sekolah ke SMA, Nurul ga akan
minta biaya ke bapa sama ibu..” keluh Nurul kepada pak Udin.
Pak Udin hanya
bias mengelus kepala Nurul dengan meneteskan air mata, di dalam hati kecilnya
pak Udin menjerit ia ingin melihat semua anak-anaknya mengecap pe ndidikan yang
layak namun apa daya dengan segala kekurangnnya pak Udin hanya bias berdoa dan
berusaha lebh keras lagi.
“ iya Nurul
bapak akan berusaha dan mendukung Nurul supaya Nurul jadi anak pinter, bapak
punya tabungan sedikit besok kita pakai saja untuk daftar ke SMA” Jawab pak
Udin.
Nurul pun
bangkit dan melebarkan mulutnya tersenyum. Keesokan harinya berangkatlah Nurul
dengan pak Udin ke sekolah yang di harapkan Nurul, tidak neko-neko Nurul hanya
menginginka ia duduk di bangku sekolah tidak memandang apakah itu sekolah
vaforit ataupun tida. Pak udin memaksakan keadaannya hanya untuk membahagiakan
anaknya dan ia berharap dengan duduknya Nurul di bangku sekolah akan membantu
perekonomian keluarganya kelakdi kemudian hari, walaupun pak Udin belum tau
bagaimana harus mencukupi biaya sekolah Nurul nantinya tapi ia yakin kalau
untuk mendukung dan membahagiakan keinginan yang di mata Allah itu baik maka
Allah tidak akan lupa dan menunda rijki yang akan Ia berikan.
Pagi itu hari
pertama Nurul masuk sekolah barunya dengan di antar pak Udin dengan becak
tuanya Nurul sangat bersemangat. Tanpa rasa malu Nurul turun dari becak lalu mencium tangan pak Udin di depan gerbang
sekolah. Setelah mengantar anak sulungnya pak Udin kembali melakukan kegiatan
dehari-harinya sebagai pengayuh becak kali ini pak Udin llebih bersemngat karna
melihat kegigihan Nurul untuk menggapai kiinginannya.
Alhamdulillah
kali ini pak Udin di beri rijki lebih karena kebetulan ada acara di kabupaten
yang meminta becak pak udin untuk disewa sebagai properti pembukaan acara
tersebut. Malam harinya semua keluarga pak Udin berkumpul untuk bercengkrama
dan melepas lalah setelah seharian melakukan kegiatan yang sangat berat. Nurul
pun banyak sekali bercerita tentangdirinya di sekolah yang baru ia tempati.
๛๛
0 komentar:
Posting Komentar